Oleh: Rofiqoh Anur
A. Uswatun Hasanah
Uswatu hasanah terdiri
dari dua rangkaian kalimat, uswah dan hasanah. Uswah berarti ; ikutan, panutan.
Hasanah bermakna “yang baik”. Uswatun Hasanah adalah contoh suri teladan yang
baik. Bagi umat islam tokoh utama yang menjadi uswatun hasanah tak lain adalah
Rasulullah saw. Hal ini Allah sebut dalam Q.S Al - Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah
(suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.
Al-Ahzaab: 21)
Ayat ini turun ketika
terjadi perang Khandaq. Waktu itu , Rasulullah dan para sahabatnya menggali
parit di sebelah utara kota Madinah sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi
koalisi musuh gabungan antara kaum jahiliyah Mekah dengan bala bantuan Yahudi
dan Nasrani Madinah. Parit yang digali itu cukup panjang, lebar dan dalam.
Perbekalan yang tersedia sangat menipis, sehingga para sahabat terpaksa
mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan rasa lapar. Beberapa sahabat
datang kepada Rasulullah mengadukan keadaan mereka yang kelaparan, sambil
memperlihatkan perutnya yang diganjal batu. Maka Rasulullah pun membukakan
bagian perutnya, dan nampaklah dua buah batu mengganjal perut beliau, kemudian
turunlah Q.S al-ahzab ayat 21 di atas. Rasulullah memberi teladan yang baik
kalau para sahabat hanya diganjal dengan satu buah batu, beliau malah diganjal
dengan dua buah batu, disini jelas bahwa rasulullah lebih merasakan lapar dari
pada sahabat–sahabatnya, ini memberi contoh bahwa pemimpin tidak boleh hanya
mengutamakan diri sendiri, tetapi harus memperhatikan nasib rakyatnya. Sebagai
uswatun hasanah, Rasulullah memiliki budi pekerti yang luar biasa. Allah memuji
budi pekerti Rasulullah dalam Q.S Al Qalam ayat 4:
Sesungguhnya engkau memiliki budi perkerti yang agung (QS Al-Qalam
ayat 4)
Karena keluhuran akhlak
beliau, maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau
sebagai landasan hukum bagi umat islam yang ke dua setelah Al-Quran.
Keluhuran budi pekerti Rasulullah berada pada semua aspek.
Rasulullah merupakan suri teladan yang sempurna. Sebagai seorang pemimpin
agama, beliau memperlihatkan akhlak seorang Nabi yang berjuang dengan santun,
sabar, dan ikhas. Dalam berdakwa beliau tabah menghadapi gangguan dari
musuh-musuh beliau yang tak lain berasal dari kaum beliau sendiri. Ketika
berdakwah ke kota Thaif, Rasulullah mendapat perlakuan kasar, dilempari kotoran
dan hewan batu sampai kaki beliau terluka. Dalam keadaan demikian Allah
memberikan izin kepada malaikat penjaga gunung untuk membalikkan gunung keatas
kaum Thaif bila Rasulullah kehendaki. Namun Rasulullah saw malah berdoa supaya
Allah melahirkan dari keturunan mereka kaum yang menyembah Allah swt, tidak
mempersekutukanNya. Sebagai seorang pemimpin negara, Rasulullah memperlihatkan
kepada umatnya bagaimana seharusnya akhlak seorang pemimpin. Beliau menjadi
seorang pemimpin yang memecahkan masalah dengan musyawarah, padahal pandangan
beliau sendiri sudah cukup tanpa perlu bermusyawarah dengan para shahabat. Cara
dan metode Rasulullah dalam memimpin umat diikuti oleh empat shahabat utama
beliau yang memerintah setelah wafat Rasulullah, sehingga dijuluki dengan Khulafaur
Rasyidin; para pengganti yang mendapat petunjuk. Dalam kehidupan rumah tangga,
Rasulullah juga menjadi contoh suami yang baik, selalu bersikap sabar, arif,
dan mencintai keluarganya, berlaku adil terhadap istri-istri beliau. Beliau
tidak terlalu menyibukkan istri-istrinya, bahkan kalau ada pakaian yang koyak,
Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga
memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. Rasulullah
juga memberikan contoh hidup zuhud di dunia ini. Dalam satu dikisahkan dari
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al- Khaththab ra.
bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu
Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar.
Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar
kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah
menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu
pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit
yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.
Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau "Wahai
Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang
membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal
Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau
adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti
itu. Rasulullah menjawab "Wahai Ibnul- Khaththab, apakah engkau tidak
ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?
".
Kedudukan Rasulullah sebagai uswatun hasanah dengan akhlak yang
luhur merupakan salah satu hikmah diutusnya beliau ke muka bumi ini yang
merupakan rahmat bagi seluruh alam. Dalam satu hadits Rasulullah bersabda:
“saya diutus untuk menyempurnakan akhlak”
Dengan akhlak yang luhur tersebutlah, beliau mampu mengajak umat
untuk beriman hanya dalam jangka waktu yang singkat. Keberhasilah dakwah
Rasulullah tidak terlepas dari akhlak mulai beliau, dalam Q.S Ali Imran ayat
159 Allah berfirman:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertawakkal
kepada-Nya”.
Semua kalangan mengakui bahwa Rasulullah merupakan seorang tokoh
yang memiliki sifat luhur. Semenjak kecil beliau telah dijukuli dengan “Al-
Amin” yang berarti “orang terpercaya”. Bahkan Michael H. Hart dalam bukunya 100
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah menjatuhkan pilihannya kepada Nabi
Muhammad dalam urutan pertama daftar 100 Tokoh Paling berpengaruh di dunia. Ia
mengatakan “saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-
satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa
baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari
keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama
terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai
seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah
wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar”.
B. Al-Mau'idatul Hasanah
Al Mauidhotul hasanah atau
lebih akrab kita mengenalnya dengan kata Nasehat, berasal dari kata( ﺢﺼﻧ )
berarti ( ﺺﻠﺧ ) murni, dan bersih dari kotoran, dan juga berarti ) ﻁﺎﺧ )
menjahit. Al Mau’idhatul Hasanah adalah pelajaran yang baik. Sedangkan nasehat adalah
salah satu dari Al Mau’idhatul Hasanah yang bertujuan mengingatkan segala
perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Sebagaimana dikutip oleh Munzier Suparta
, Imam Al Asfahani mengatakan bahwa Al Mau’idhah merupakan tindakan
mengingatkan seseorang dengan baik dan lembut agar dapat melunakkan hatinya
lalu tertarik dengan ajakannya. Abdul Muhsin Al Abbad berkata : Nasehat adalah
kata yang meliputi pendirian orang yang menasehati kepada mad’u dari sisi
kebaikan baik secara kehendak maupun perbuatannya. Sementara itu Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin mengatakan bahwa nasehat adalah mencurahkan perhatian kepada
orang lain untuk tertarik kepada kebaikan, mendorong untuk melakukannya,
menjelaskannya dan berusaha agar orang tersebut mencintai kebaikan yang ditawarkan.
Secara terminologi, Nasihat adalah memerintah atau melarang atau menganjurkan
yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Pengertian nasihat dalam kamus
Bahasa Indonesia adalah memberikan petunjuk jalan yang benar. Juga berarti
mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Nasehat harus
berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keimanan dan petunjuk.
Pendapat para ahli diatas, menunjukkan makna bahwa motivasi
seseorang melakukan mau’idhotul hasanah adalah agar orang yang diberi nasehat tertarik
dengan apa yang akan diberikan, dimana hal itu dilakukan dengan mencurahkan
perhatian secara penuh, dengan harapan al manshuh ilaih ( orang yang dinasehati
) menjadi lunak hatinya untuk kemudian terdorong untuk melakukan kebaikan yang
ditawarkan.
Dalil - Dalil Perintah AL
- Mau'idhatil Hasanah dalam Al - Qur'an dan Hadits
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS. An
Nahl : 125 )
"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan Aku memberi
nasehat kepadamu. dan Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu
ketahui" ( QS. Al A’raf : 62 )
“ dan kalaulah mereka melaksankan pengajaran yang diberikan kepada
mereka niscaya hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka danlebih menguatkan
iman mereka “ ( QS.An Nisa : 66 )
Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu’anhu,
sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Agama itu
adalah nasihat”. Kami (sahabat) bertanya: ”Untuk siapa?” Beliau bersabda:
”Untuk Alloh, kitab-Nya, rosul-Nya, pemimpin-pemimpin umat islam, dan untuk
seluruh muslimin.” (HR.Muslim)
“Dari Jarir bin Abdullah rodhiyallahu ‘anhu berkata ; “ Aku
melakukan baiat ( janji setia ) kepada rasulullah untuk mendirikan shalat,
membayar zakat dan member nasehat kepada setiap muslim ( Mutafaqun ‘alaihi )”
Ruang Lingkup Nasehat
Sesuai dengan
hadits nabi diatas yang diriwayatkan oleh sahabat Tamim bin Aus Ad Dary,
Rasulullah menjelaskan bahwa nasihat dalam dakwah Islam ini meliputi nasehat
kepada Allah, kepada kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan
seluruh umat Islam.
a. Nasihat kepada Allah
Nasehat kepada Allah adalah menjauhi laranganNya dan melaksanakan
segala perintahNya dengan seluruh kemampuan yang dimiliki seseorang, apabila ia
tidak mampu karena udzur, maka dia tetap berniat untuk melaksanakan kewajiban
tersebut. Sedangkan menurut penjelasan Abdul Muhsin Al Abbad tentang Nasehat
kepada Allah adalah :
“ Nasihat kepada Allah adalah mentauhidkan-Nya, dan mensifatiNya
dengan sifat-sifat yang sempurna lagi agung, mensucikanNya dari apa yang
bertentangan dengan hal itu, menjaukan diri dari berbuat maksiat kepadaNya,
berusaha melakukan ketaatan-ketaatan kepadaNya dengan senang hati dan ikhlas,
cinta kerana Allah dan benci karena Allah, memerangi orang-orang yang
mengingkariNya, dan tidak rela dengan hal itu, mengajak kepada itu semua yang
telah disebutkan dan menganjurkannya. Berbeda dengan dua pendapat diatas,
Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa nasehat kepada Allah
mengandung dua perkara, yaitu memurnikan ibadah hanya kepadaNya, bersaksi dengan
ke-Esa-anNya dalam rububiyahNya, penghambaan kepadaNya, dan Asma wa SifatNya.
Melihat penjelasan para Ulama diatas, maka maksud dakwah sebagai nasehat kepada
Allah tidak ada yang lain kecuali untuk menegakkan kebenaran kalimat Allah,
mengibarkan panji-panji Tauhid ditengah-tengah kehidupan manusia, sehingga
mereka hidup diatas fithrah yang suci bertuhan dan menghamba hanya kepada Allah
semata.
b. Nasehat kepada kitab-Nya
Adapun nasihat kepada kitabNya ialah dengan mengimani sepenuh hati
bahwa Al Quran itu kalamullah, wajib mengimani apa yang terkandung didalamnya,
mengamalkan, memuliakan dan membaca sebenar-benarnya, mengutamakan Al Quran
dari yang lain, dan penuh perhatian untuk mengkaji dan mempelajarinya.
Sedangkan menurut Al Utsaimin nasihat kepada Allah mengandung enam perkara
yaitu :
·
Membela Al quran dari
penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang sesat dan menjelaskan
kebathilan penyimpangan orang yang menyeleweng.
·
Membenarkan kabar Al Quran
dengan sebenar-benarnya, tanpa meremehkan dan mendustakan kandungan didalamnya,
dan seandainya dia mendustakan apalagi ragu-ragu terhadap satu kabar dari Al
Quran berarti dia belum menjadi orang yang memberi nasehat kepada Al Quran.
Melaksanakan seluruh perintah yang ada didalamnya sekalipun hanya
satu perintah, jika belum mengerjakannya maka belum dikatakan sebagi orang yang
memberi nasihat kepada Al Quran.
c. Nasehat kepada Rasul-Nya
Nasihat kepada Rasul-Nya yaitu dengan meyakini bahwa beliau
sutama-utama makhluk dan kekasih Allah. Allah mengutusnya kepada manusia agar
beliau mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang dan
menjelaskan kepada mereka jalan allah yang lurus agar mereka mendapatkan
kenikmatan surga dan terhindar dari api neraka dengan mencintainya,
memuliakannya dan mengikutinya. Barang siapa yang taat kepada beliau, maka ia
taat kepada Allah. Barangsiapa yang menentangnya maka ia telah menentang Allah
dan kelak akan diberi balasan yang setimpal. Menurut Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin, Nasehat kepada Rasul-Nya mengandung beberapa perkara yaitu :
·
Semata-mata hanya mengikuti
beliau dan tidak mengikuti orang selain beliau.
·
Mengimani sepenuh hati bahwa
beliau adalah benar-benar Rosulullah, bukan orang yang mengada-ada tentang
agama ataupun dengan mengatakan agama Islam ini adalah buatan beliau
Shallallahu‘alaihi wa sallam.
·
Mengimani seluruh kabar yang
datang dari beliau baik kabar tersebut telah berlalu terjadinya, maupun sedang
terjadi, ataupun yang akan terjadi kelak.
·
Melaksanakan perintah beliau
dan menjauhi larangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
·
Tidak meremehkan syariat
ataupun sunnah-sunnah beliau SAW.
·
Meyakini sepenuh hati bahwa
apapun yang datang dari beliau maka hal itu seperti apa yang datang dari Allah.
Menolong nabi dikala nabi masih hidup, adapun ketika beliau sudah
wafat maka dengan menolong sunnah-sunnah beliau SAW dengan berusaha
menghidupkan kembali sunnah-sunnah beliau.
d. Nasehat kepada para pemimpin
Nasihat kepada para pemimpin ada dua jenis;
Pertama, nasihat kepada para Ulama Rabbani yaitu mereka yang mewarisi nabi
SAW dalam hal ilmu, ibadah, akhlaq dan dakwah. Dan merekalah ulil amri yang
sebenarnya, karena merekalah yang langsung bersinggungan dengan urusan kalangan
orang awam dan pemerintah, menjelaskan agama Allah dan mengajak manusia
kepadanya. Kepada para Ulama ini nasihatnya adalah mencintai mereka, membantu
mereka dalam menjelaskan Al Haq, tidak melecehkan mereka.
Kedua, nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin, yaitu umara’ (
pemerintah ) yang menegakkan syariat Allah dan melayani urusan-urusan kaum
muslimin. Kepada mereka ini nasihatnya adalah mempercayai bahwa mereka adalah
imam mereka dalam urusan keduniaan, menyebarkan kebaikan mereka, bukan
mengumbar aib mereka, mentaati aturan-aturan yang ada selama bukan bermaksiat
kepada Allah.
e. Nasehat kepada seluruh umat islam
Nasihat kepada seluruh ummat Islam adalah dengan menolong mereka
dalam hal kebaikan, amar ma’ruf nahi mungkar, dakwah, saling memberi nasehat,
mencintai mereka dalam hal keimanan.
·
Munzier Suparta dan Harjanie
Hifnj, Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2006, hal.243
·
Djamaluddin Ahmad Al-Buny,
Uswatun Hasanah, Yogyakarta: Mitra Pustaka,1980
Mauidhoh itu bahasa Arab. Dari akar kata وعظ يعظ عظة وموعظا وموعظة
BalasHapusSilakan kembangkan sendiri.
http://shamela.ws/browse.php/book-7496/page-4
Hapushttp://shamela.ws/browse.php/book-96464/page-45
BalasHapus