Oleh
:HARI MUCHARSADIN
MENURUT
MU’TAZILAH,AL-ASY’ARI DAN AL-BAQILLANI
KEWAJIBAN
TUHAN TERHADAP MANUSIA
Allah
swt menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, baik sempurna dalam
jiwa maupun raga. Dalam setiap diri manusia, Allah titipkan segala yang dapat
menjadi keperluan dikehidupan, seperti tangan untuk melakukan pekerjaan, kaki
untuk berjalan dan terutama akal untuk berfikir. Akal inilah yang merupakan
pembeda antara manusia dan mahluk lain yang diciptakan oleh Allah swt.
Dengan adanya akal,
manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tentu setiap
orang mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai sesuatu tergantung dari sudut
pandang mereka memandang. Kewajiban kewajiban tersebut antara lain adalah:
1.Tuhan tidak akan
membebankan kewajiban kewajiban kepada manusia di luar kemampuannya karena hal
tersebut tidak sesuai dengan keadilan , dan manusia juga di beri kemerdekaan
oleh tuhan dalam kemampuan dan
perbuatanya.
2. hukuman dan ancaman dan
janji itu terjadi karena itu merupakan tuntunan yang sudah di
tetepkan-NYA.Dengan adanya akal, manusia dapat menentukan mana yang baik dan
mana yang tidak baik. Tentu setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda
mengenai sesuatu tergantung dari sudut pandang mereka memandang.
Dengan
adanya akal, manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Tentu setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai sesuatu tergantung
dari sudut pandang mereka memandang.
Disini ada berbagai
pandangan yg di urai kan oleh berbagai aliran aliran yang berbeda pendapat di
antaranya adalah mu’tazilah,al-asy’ari dan al-baqillani.
Secara harfiah kata
Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan
diri, yang berarti juga memisahkan diri. (Abdul Rozak dan Rasihan Anwar, 2010:
77)
Aliran ini lahir kurang
lebih tahun 120 H, di kota Basrah. Aliran mu’tazilah pernah menjadi madzhab
penguasa pada beberaa masa, yakni pada zaman khalifah Al-Ma’mun dan
Al-mu’tazim. (Drs. H. Muhammad Ahmad, 2009: 163)
Nama mu’tazilah adalah
suatu nama yang diberikan oleh orang selain dari golongan Mu’tazilah, karna
orang-orang mu’tazilah mengklaim dirinya dengan sebutan ahlut tauhid wal’adl.
(Drs. H. Muhammad Ahmad, 2009: 163)
Sedangkan Asy’ariyah
adalah salah satu aliran dalam teologi yang namanya dinisbatkan kepada
pendirinya, yaitu Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari. Ia lahir di kota basrah pada
tahun 280 H/873 M dan merupakan keturunan sahabat besar nabi yang bernama Abu
Musa Al-Asyari seorang delegasi pihak Ali r.a dalam peristiwa tahkim. (Drs. H.
Muhammad Ahmad, 2009: 179)
Asalnya Abu Musa
Al-Asy’ari adalah penganut paham mu’tazilah, tetapi pada mimpinya Rasulallah
saw memperingatinya untuk meninggalkan faham usianya yang ke 40 tahun ia
meninggalkan paham Mu’tazilah sambil menunjukan keburukan-keburukannya. Konon
ia meninggakan aliran Mu’tazilah karna ia bermimpi bertemu Rasulullah saw
sebanyak tiga kali, dalam Mu’tazilah.
Sebagaimana
diketahui bahwa kekuasaan mutlak dan keadilan Tuhan kaum Mu’tazilah berpendapat
bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Tuhan juga memiliki
kewajiban kewajiban terhadap manusia termasuknya menepati janji janji nya yaitu
kewajiban tuhan untuk mengirim rosulnya
untuk memberi petunjuk kepada manusia, kewajiban tuhan memberi rizki kepada
manusia, kewajiban tuhan memberi jodoh kepada manusia dansebagainya.kewajiban
kewajiban tuhan tersebut itu timbul dari keadilan tuhan dan adanya batasan
batasan kehendak mutlak tuhan, bahwakekuasaan tuhan dan kehendak mutlak tuhan
di batasi oleh sifat keadilan tuhan sendiri, dengan demikian tuhan di katakan
adil karena semua perbuatanya baik tidak berbuat yang buruk dan tidak mengambil
hak orang lain.
Al-asy’ari berpegang pada konsep kehendak dan kekuasaan
mutlak tuhan berpandangan, bahwa tuhan menjadikan orang berbuat baik atau
jahat, beriman atau kafir dengan kata
lain tuhan berbuat apa saja yang di kehendaki NYA, yang sesuai dengan ayat .
“Sesungguhnya
tuhanmu maha pelaksana terhadap apa yang ia kehendaki”
(QS. 11:107)
Al-asy’ari mengatakan
semua perbuatan tuhan adalah adil. Ia adil dalam menjadikan orang orang yang
beriman dan tetap adil meskipun Ia juga menjadikan orang orang kafir. Ia juga
adil jika menyiksa mereka di
akhirat,menurutnya tuhan juga adil jika menyiksa orang orang mukmin dan memasukan
orang kafir kedalam surga. Namun menurutnya ALLAH tidak akan berbuat demikian
karna Ia mengataka n akan menyiksa orang orang kafir dan ALLAH tidak pernah
bohong atas apa yang telah Ia sampaikan.
Al-baqillani mengatakan bahwa semua yang terjadi di alam
ini adalah atas kehendak dan kekuasaan
tuhan, orang mukmin tidak akan berimat kecuali atas kehendak dan kekuasaan
tuhan. Demikian jiga dengan orang kafir tidak akan menjadi kafir kecuali atas
kehendaknya,dengan demikian pendapat tersebut berbeda dengan pendapat kaum
mu’tazilah bahwa ALLAH hanya menghendaki
ketaatan dan keimanan, sementara kufur
dan maksiat terjadi bukan atas
kehendaknya, dengan kata lain AL-baqillani mengatakan bahwa ALLAH telah
mengetahui orang kafir itu akan menjadi kafir, meskipun demikian ALLAH telah
melarang kekafiran sebagaimana melarang menyakiti rosullnya dan kaum mukmin
tetapi Ia menciptakan penyakit dan kematian pada mereka.Menurutnya ALLAH
menciptakan dan menghendaki sesuatu kemudian melarangnya adalah baik, jika
tidak berarti buruk , semua perbuatanya, perintahnya dan larangannya adalah
baik, DIA adalah penguasa dan tidak ada penguasa di atasnya yang memerintah dan
melarangnya. ALLAH tidak di mintai pertanggungjawabanya atas perbuatanya tapi manusialah yang
bertanggung jawab kepadanya, sebagaimana di firmankan dalam ayat Al-qur’an :
“DIA
tidak ditanya tentang apa yang diperbuatnya
dan merekalah yang akan ditanya” (QS.21:23)
Dengan demikian menurut
al-baqillanikeadilan tuhan tidak di ukur berdasarkan kepentingan manusia semua
perbuatannya adalah keadilan baginya.(hal 60-73)
JANJI DAN ANCAMAN
Kaum mu’tazilah berpendapat bahwa janji dan ancaman ALLAH pasti terjadi. DIA wajib memberikan
pahala kepada orang orang yang berbuat baik dan wajib memberikan siksaan bagi
orang orang yang berbuat dosa besar kelak nantri di akhirat jika tidak
bertaubat, bahkan pelaku dosa besar yang tidak bertaubat akan kekal di dalam neraka. Namun azab yang
di berikan lebih ringan daripada orang orang kafir. Dengan demikian jika pelaku
dosa besar melakukan taubat berhak mendapat pahala.
Al-asy’ari dan al-baqillani membedakan antara syirik dan
perbuatan perbuatan maksiat lainnya , menurut mereka ALLAH mengampuni perbuatan
perbuatan maksiat kecuali ayirik. Mereka
memperkuat pendapat mereka dengan mengemukakan
ayat ayat al-qur’an. Diantaranya:
“Sesungguhnya
ALLAH tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan dia,dan dia
mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang di kehendakinya”
(hal 117-126)
SIFAT SIFAT TUHAN
AL-asy’ari berpandangan
bahwa tuhan mempunyai sifat sifat seperti
‘ilmu,hayat,sama’,dan basr. Sifat sifat tersebut bukanlah dzat
nya’menurut nya ALLAH mempunyai ilmu karena alam yang di ciptakan nya demikian
teratur tercipta kecuali di ciptakan oleh tuhan yang mempunyai ilmu,demikian
pula ALLAH mempunyai qudrad,hayat dan sebagainya.
Dalam memperkuat
pendapatnya ia mengemukakan ayat ayat al-qur’an yang di antaranya adalah:
”Dan
tidak seorang perempuan pundan tidak pula melahirkan melainkan dengan
sepengetahuan NYA”. (QS 35:11)
Menurut asy’ari ayat
ayat tersebut menunjukan bahwa ALLAH mengetahui dengan ilmu, oleh karena itu
mustahil ilmu ALLAH itu dzat NYA.
Berbeda dengan pendapat
mu’tazilah karena ia menolak untuk menetapkan ALLAH mempunyai wajah,
pendengaran, pengelihatan dan mata karena menurut mereka ALLAH tidak dapat di
sifati dengan sifat sifat yang terdapat pada ciptaanya sebab yang demikian
merupakan tasybih (penggambaran)
Bekaitan dengah hal hal
di atas Al-baqillani menyatakan bahwa ALLAH mempunyai wajah dan tangan sebagai
mana di sebutkan dalam ayat ayat al-qur’an dalam QS 55:27.
(hal 43-60”)
REFERENSI: Pemikiran
Kalam Al-baqillani (ILHAMUDDIN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar