Pages

16 Mei 2013

Perbuatan Tuhan




Oleh :HARI MUCHARSADIN
MENURUT MU’TAZILAH,AL-ASY’ARI DAN AL-BAQILLANI
KEWAJIBAN TUHAN TERHADAP MANUSIA
Allah swt menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, baik sempurna dalam jiwa maupun raga. Dalam setiap diri manusia, Allah titipkan segala yang dapat menjadi keperluan dikehidupan, seperti tangan untuk melakukan pekerjaan, kaki untuk berjalan dan terutama akal untuk berfikir. Akal inilah yang merupakan pembeda antara manusia dan mahluk lain yang diciptakan oleh Allah swt.
Dengan adanya akal, manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tentu setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai sesuatu tergantung dari sudut pandang mereka memandang. Kewajiban kewajiban tersebut antara lain adalah:
1.Tuhan tidak akan membebankan kewajiban kewajiban kepada manusia di luar kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan , dan manusia juga di beri kemerdekaan oleh tuhan  dalam kemampuan dan perbuatanya.
2. hukuman dan ancaman dan janji itu terjadi karena itu merupakan tuntunan yang sudah di tetepkan-NYA.Dengan adanya akal, manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tentu setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai sesuatu tergantung dari sudut pandang mereka memandang.
Dengan adanya akal, manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tentu setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai sesuatu tergantung dari sudut pandang mereka memandang.
Disini ada berbagai pandangan yg di urai kan oleh berbagai aliran aliran yang berbeda pendapat di antaranya adalah mu’tazilah,al-asy’ari dan al-baqillani.
Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga memisahkan diri. (Abdul Rozak dan Rasihan Anwar, 2010: 77)
Aliran ini lahir kurang lebih tahun 120 H, di kota Basrah. Aliran mu’tazilah pernah menjadi madzhab penguasa pada beberaa masa, yakni pada zaman khalifah Al-Ma’mun dan Al-mu’tazim. (Drs. H. Muhammad Ahmad, 2009: 163)
Nama mu’tazilah adalah suatu nama yang diberikan oleh orang selain dari golongan Mu’tazilah, karna orang-orang mu’tazilah mengklaim dirinya dengan sebutan ahlut tauhid wal’adl. (Drs. H. Muhammad Ahmad, 2009: 163)
Sedangkan Asy’ariyah adalah salah satu aliran dalam teologi yang namanya dinisbatkan kepada pendirinya, yaitu Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari. Ia lahir di kota basrah pada tahun 280 H/873 M dan merupakan keturunan sahabat besar nabi yang bernama Abu Musa Al-Asyari seorang delegasi pihak Ali r.a dalam peristiwa tahkim. (Drs. H. Muhammad Ahmad, 2009: 179)
Asalnya Abu Musa Al-Asy’ari adalah penganut paham mu’tazilah, tetapi pada mimpinya Rasulallah saw memperingatinya untuk meninggalkan faham usianya yang ke 40 tahun ia meninggalkan paham Mu’tazilah sambil menunjukan keburukan-keburukannya. Konon ia meninggakan aliran Mu’tazilah karna ia bermimpi bertemu Rasulullah saw sebanyak tiga kali, dalam Mu’tazilah.
Sebagaimana diketahui bahwa kekuasaan mutlak dan keadilan Tuhan kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Tuhan juga memiliki kewajiban kewajiban terhadap manusia termasuknya menepati janji janji nya yaitu kewajiban  tuhan untuk mengirim rosulnya untuk memberi petunjuk kepada manusia, kewajiban tuhan memberi rizki kepada manusia, kewajiban tuhan memberi jodoh kepada manusia dansebagainya.kewajiban kewajiban tuhan tersebut itu timbul dari keadilan tuhan dan adanya batasan batasan kehendak mutlak tuhan, bahwakekuasaan tuhan dan kehendak mutlak tuhan di batasi oleh sifat keadilan tuhan sendiri, dengan demikian tuhan di katakan adil karena semua perbuatanya baik tidak berbuat yang buruk dan tidak mengambil hak orang lain.
            Al-asy’ari berpegang pada konsep kehendak dan kekuasaan mutlak tuhan berpandangan, bahwa tuhan menjadikan orang berbuat baik atau jahat, beriman atau kafir  dengan kata lain tuhan berbuat apa saja yang di kehendaki NYA, yang sesuai dengan ayat .
“Sesungguhnya tuhanmu maha pelaksana terhadap apa yang ia kehendaki” (QS. 11:107)
Al-asy’ari mengatakan semua perbuatan tuhan adalah adil. Ia adil dalam menjadikan orang orang yang beriman dan tetap adil meskipun Ia juga menjadikan orang orang kafir. Ia juga adil jika menyiksa mereka  di akhirat,menurutnya tuhan juga adil jika menyiksa orang orang mukmin dan memasukan orang kafir kedalam surga. Namun menurutnya ALLAH tidak akan berbuat demikian karna Ia mengataka n akan menyiksa orang orang kafir dan ALLAH tidak pernah bohong atas apa yang telah Ia sampaikan.
            Al-baqillani mengatakan bahwa semua yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak  dan kekuasaan tuhan, orang mukmin tidak akan berimat kecuali atas kehendak dan kekuasaan tuhan. Demikian jiga dengan orang kafir tidak akan menjadi kafir kecuali atas kehendaknya,dengan demikian pendapat tersebut berbeda dengan pendapat kaum mu’tazilah  bahwa ALLAH hanya menghendaki ketaatan dan keimanan,  sementara kufur dan maksiat  terjadi bukan atas kehendaknya, dengan kata lain AL-baqillani mengatakan bahwa ALLAH telah mengetahui orang kafir itu akan menjadi kafir, meskipun demikian ALLAH telah melarang kekafiran sebagaimana melarang menyakiti rosullnya dan kaum mukmin tetapi Ia menciptakan penyakit dan kematian pada mereka.Menurutnya ALLAH menciptakan dan menghendaki sesuatu kemudian melarangnya adalah baik, jika tidak berarti buruk , semua perbuatanya, perintahnya dan larangannya adalah baik, DIA adalah penguasa dan tidak ada penguasa di atasnya yang memerintah dan melarangnya. ALLAH tidak di mintai pertanggungjawabanya  atas perbuatanya tapi manusialah yang bertanggung jawab kepadanya, sebagaimana di firmankan  dalam ayat Al-qur’an :
“DIA tidak ditanya tentang apa yang diperbuatnya  dan merekalah yang akan ditanya” (QS.21:23)
Dengan demikian menurut al-baqillanikeadilan tuhan tidak di ukur berdasarkan kepentingan manusia semua perbuatannya adalah keadilan baginya.(hal 60-73)
JANJI DAN ANCAMAN
            Kaum mu’tazilah berpendapat bahwa janji dan ancaman  ALLAH pasti terjadi. DIA wajib memberikan pahala kepada orang orang yang berbuat baik dan wajib memberikan siksaan bagi orang orang yang berbuat dosa besar kelak nantri di akhirat jika tidak bertaubat, bahkan pelaku dosa besar yang tidak bertaubat  akan kekal di dalam neraka. Namun azab yang di berikan lebih ringan daripada orang orang kafir. Dengan demikian jika pelaku dosa besar melakukan taubat berhak mendapat pahala.
            Al-asy’ari dan al-baqillani membedakan antara syirik dan perbuatan perbuatan maksiat lainnya , menurut mereka ALLAH mengampuni perbuatan perbuatan maksiat  kecuali ayirik. Mereka memperkuat pendapat mereka dengan mengemukakan  ayat ayat al-qur’an. Diantaranya:
“Sesungguhnya ALLAH tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan dia,dan dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang di kehendakinya”
(hal 117-126)
SIFAT SIFAT TUHAN
AL-asy’ari berpandangan bahwa tuhan mempunyai sifat sifat seperti  ‘ilmu,hayat,sama’,dan basr. Sifat sifat tersebut bukanlah dzat nya’menurut nya ALLAH mempunyai ilmu karena alam yang di ciptakan nya demikian teratur tercipta kecuali di ciptakan oleh tuhan yang mempunyai ilmu,demikian pula ALLAH mempunyai qudrad,hayat dan sebagainya.
Dalam memperkuat pendapatnya ia mengemukakan ayat ayat al-qur’an yang di antaranya adalah:
”Dan tidak seorang perempuan pundan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan NYA”. (QS 35:11)
Menurut asy’ari ayat ayat tersebut menunjukan bahwa ALLAH mengetahui dengan ilmu, oleh karena itu mustahil ilmu ALLAH itu dzat NYA.
Berbeda dengan pendapat mu’tazilah karena ia menolak untuk menetapkan ALLAH mempunyai wajah, pendengaran, pengelihatan dan mata karena menurut mereka ALLAH tidak dapat di sifati dengan sifat sifat yang terdapat pada ciptaanya sebab yang demikian merupakan tasybih (penggambaran)
Bekaitan dengah hal hal di atas Al-baqillani menyatakan bahwa ALLAH mempunyai wajah dan tangan sebagai mana di sebutkan dalam ayat ayat al-qur’an dalam QS 55:27.
(hal 43-60”)

REFERENSI: Pemikiran Kalam Al-baqillani (ILHAMUDDIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar