Oleh Restu Ristyanto
Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada
para nabi dan rasul.
Etimologinya
berasal dari kata kerja bahasa Arab وَحَى (waḥā)
yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau memberi inspirasi.
Dalam syariat
Islam, wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang
diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun
secara langsung. Kata "wahyu" adalah kata benda, dan bentuk kata
kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata wahyu adalah
pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
Penerima wahyu
- Malaikat
- Nabi dan rasul
- Orang-orang yang beriman
- Hawa istri Nabi
- Sarah Istri Ibrahim
- Dzul Qornain
- Yukabab Ibunda Musa, pendapat lain mengatakan Yuhanaz Bilzal
- Asiyah Ibunda Angkat Musa
- Maryam Ibunda Isya
- Pengikut Isa
Mahluk Lainnya :
o Hewan
o Langitt Ketujuh
o Bumi
Kitab kitab sebelumnya yang disebutkan dalam al quran
1. Shuhuf Ibrahim
“Sesungguhnya beruntunglah
orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya,
lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim
dan Musa” (QS. Al-A'la : 14-19)
“Ataukah belum diberitakan
kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran
Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?” (QS.An-Najm :36-37)
2. Shuhuf Musa
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah
lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam
kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa” (QS. AL-A'la :14-19)
“Ataukah belum diberitakan
kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa? dan lembaran-lembaran
Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?” (QS. An-Najm :36-37)
3. Taurat
“Dan (ingatlah), ketika Kami
berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara
yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. AL-Baqarah ;53)
“Dia menurunkan Al Kitab (Al
Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan
sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,” (QS. AL-Imran :3)
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu
takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (QS. AL-Maidah: 44)
“Dan mereka tidak menghormati
Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak
menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan
kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia,
kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal
telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)
?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu
menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatannya” (QS. Al-An'am : 91)
“Dan Kami iringkan jejak
mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang
sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil
sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan
membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk
serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (Al-Maidah : 46)
“Dan Allah akan mengajarkan
kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.” (QS. AL-Imron :48)
3. Zabur
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu
(pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub,
Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. An-Nisa : 163)
“Jika mereka
mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah
didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab
yang memberi penjelasan yang sempurna” (QS. Al-Baqarah : 184)
“Dan sungguh
telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.” (QS. Al-Anbiya :105)
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui
siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan
sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada
Daud.” (QS. Al-Isra : 55)
4. Injil
“Dia menurunkan Al Kitab (Al
Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan
sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,” (QS. Al-Imran : 3)
“Dan Kami iringkan jejak
mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang
sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil
sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah :46)
“Dan Allah akan mengajarkan
kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.” (QS. Al-Imran : 48)
“Muhammad itu adalah utusan
Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.” (QS. AL-Fath : 29)
5. Al Quran
“Kitab (Al Quran) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,” (QS. AL-Baqarah : 2)
“Sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf ; 2)
“Maha suci Allah yang telah
menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam,” (QS. Al-Furqon ; 1)
“Dan sesungguhnya orang-orang
kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka,
tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia
(Muhammad) benar-benar orang yang gila.” Dan Al Quran itu tidak lain hanyalah
peringatan bagi seluruh umat.” (QS. AL-Qalam: 51-52)
“Apakah
(orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang
nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad)
dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman
dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka
(orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka
nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu
terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu,
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Hud: 13)
“Tidaklah
mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam.” (QS. Yunus :37)
Al Qur’an
Al-Qur’an
pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada 17 Ramadhan tahun pertama
kenabian atau di waktu Nabi Muhammad SAW telah di angkat menjadi Nabi Muhammad
SAW, dan peringati sebagai Nuzulul Qur’an. Sebenarnya para ulama mengenai hal ini tidak sependapat. Ada tiga pendapat,
mengenai ayat atau surat pertama sekali turun, yaitu ada yang mengatakan Surat
Al-Fatihah, Surat Al-Mudatstsir, dan jumhur ulama berpendapat bahwa ayat
pertama turun ialah Surat Al-‘Alaq 1-5.
mengenai ayat terakhir turun. Terdapat banyak pendapat mengatakan bahwa
ayat yang terakhir turun adalah Surat Al-Baqarah ayat 278, An-Nisa’ ayat 176,
At-Taubah ayat 128-129, dan yang paling populer adalah Surat Al-Maidah ayat 3.
Akan tetapi, pendapat yang paling kuat adalah Surat Al-Baqarah ayat 281.
Dalil yang dipegang adalah:
1) Riwayat yang dikeluarkan oleh Nasa’i dari ‘Ikhrimah, dari Ibnu Abbas.
2) Riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Sa’id Jubair
3) Riwayat Ibnu Jari, dari Ibnu Jurai.
4) Riwayat Al-Baihaqiy, dari Ibnu Abbas.
Penyampaian Al-Qur'an kepada para Nabi Muhammd Saw seiring dengan periode dakwah Nabi Saw, yang meliputi periode Mekah dan Madinah. Ayat tersebut diturunkan berhubungan denga peristiwa yang ada, baik secara Individual atau sosial (kemasyarakatan) yang terjadi selam kurang lebih 23 tahun sampai beliau wafat.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak dengan sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur. Hal ini dibuktikan dengan jumlah 86 surat yang diturunkan pada periode Mekkah lebih banyak dari jumlah 28 surat yang diturunkan pada periode Madinah. Perbedaan antara kedua periode ini ditandai dengan perjalanan dakwah islam oleh Rasulullah SAW, yaitu yang terdiri dari sebelum hijrah yang disebut periode Mekkah, dan setelah hijrah yang disebut periode Madinah. Dalilnya dapat dilihat pada Surat Al-Furqan ayat 32 dan Surat Al-Isra’ ayat 106.
Adapun Hikmah dturunkannya al-Qur'an secara berangsur-angsur, yaitu :
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak dengan sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur. Hal ini dibuktikan dengan jumlah 86 surat yang diturunkan pada periode Mekkah lebih banyak dari jumlah 28 surat yang diturunkan pada periode Madinah. Perbedaan antara kedua periode ini ditandai dengan perjalanan dakwah islam oleh Rasulullah SAW, yaitu yang terdiri dari sebelum hijrah yang disebut periode Mekkah, dan setelah hijrah yang disebut periode Madinah. Dalilnya dapat dilihat pada Surat Al-Furqan ayat 32 dan Surat Al-Isra’ ayat 106.
Adapun Hikmah dturunkannya al-Qur'an secara berangsur-angsur, yaitu :
a. Menetapkan atau menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.
b. Berangsur-angsur dalam mendidik umat, yang sedang tumbuh ini, untuk
menanamkan ilmu dan amal.
c. Menyesuaikan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa itu.
d. Memberikan isyarat yang nyata kepada musuh-musuh
Islam, bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang datang dari Allah SWT bukan
perkataan Nabi Muhammad SAW.
Penulisan
AlQur’an
Dalam kurun waktu yang cukup panjang, yaitu dari pasca khalifah Usman sampai sekarang banyak sekali usaha dalam perbanyakan al-qur'an.
Dalam kurun waktu yang cukup panjang, yaitu dari pasca khalifah Usman sampai sekarang banyak sekali usaha dalam perbanyakan al-qur'an.
1. Sebagaimana telah diketahui, bahwa naskah mushaf ‘Utsmani generasi pertama adalah naskah yang ditulis tanpa alat bantu baca yang berupa titik pada huruf (nuqath al-i’jam) dan harakat (nuqath al-i’rab) –yang lazim kita temukan hari ini dalam berbagai edisi mushaf al-Qur’an-. Langkah ini sengaja ditempuh oleh Khalifah ‘Utsman r.a. dengan tujuan agar rasm (tulisan) tersebut dapat mengakomodir ragam qira’at yang diterima lalu diajarkan oleh Rasulullah saw. Dan ketika naskah-naskah itu dikirim ke berbagai wilayah, semuanya pun menerima langkah tersebut, lalu kaum muslimin pun melakukan langkah duplikasi terhadap mushaf-mushaf tersebut; terutama untuk keperluan pribadi mereka masing-masing. Dan duplikasi itu tetap dilakukan tanpa adanya penambahan titik ataupun harakat terhadap kata-kata dalam mushaf tersebut. Hal ini berlangsung selama kurang lebih 40 tahun lamanya.
2. Pemberian tanda titik pada huruf ini memang dilakukan belakangan dibanding pemebrian harakat. Pemebrian tanda ini bertujuan untuk membedakan antara huruf-huruf yang memiliki bentuk tulisan yang sama, namun pengucapannya berbeda. Seperti pada huruf E (ba), E (ta) , E (tsa). Pada penulisan mushaf usmani pertama, huruf-huruf ini ditulis tanpa menggunakan titik pembeda. Salah satu hikmahnya adalah –seperti telah disebutkan- untuk mengakomodir ragam qira’at yang ada. Tapi seiring dengan meningkatnya kuantitas interaksi muslim arab dengan bangsa non arab, kesalahan pemebacaan jenis huruf-huruf tersebut (al-‘ujmah) pun merebak. Ini kemudian mendorong penggunanaan tanda ini.
3. Pemberian tanda titik pada huruf ini memang dilakukan belakangan dibanding pemberian harakat. Pemberian tanda ini bertujuan untuk membedakan antara huruf-huruf yang memiliki bentuk penulisan yang sama, namun pengucapannya berbeda. Seperti pada huruf È(ba),Ê )ta(, )Ëtsa(. Pada penulisan mushaf ‘Utsmani pertama, huruf-huruf ini ditulis tanpa menggunakan titik pembeda. Salah satu hikmahnya adalah –seperti telah disebutkan- untuk mengakomodir ragam qira’at yang ada. Tapi seiring dengan meningkatnya kuantitas interaksi muslimin Arab dengan bangsa non-Arab, kesalahan pembacaan jenis huruf-huruf tersebut (al-‘ujmah) pun merebak. Ini kemudian mendorong penggunaan tanda ini.
a. untuk membedakan antara Ïdal dan
Ðdzal, Ñra’ dan Òzay, Õshad dan Ödhad,
Øtha’ dan Ùzha’, serta Ú‘ain dan Û ghain, maka huruf-huruf
pertama dari setiap pasangan itu diabaikan tanpa titik (al-ihmal), sedangkan
huruf-huruf yang kedua diberikan satu titik di atasnya (al-i’jam).
b. untuk pasangan Ósin dan Ô syin, huruf pertama diabaikan tanpa
titik satupun, sedangkan huruf kedua (syin) diberikan tiga titik. Ini
disebabkan karena huruf ini memiliki tiga ‘gigi’, dan pemberian satu titik saja
diatasnya akan menyebabkan ia sama dengan huruf nun. Pertimbangan yang sama
juga menyebabkan pemberian titik berbeda pada huruf-huruf È ba’, Ê ta, Ë
tsa, ä nun, dan íya’.
c. untuk
rangkaian huruf Ìjim, Íha’, dan Îkha’, huruf
pertama dan ketiga diberi titik, sedangkan yang kedua diabaikan.
d. sedangkan
pasangan Ýfa’ dan Þ qaf, seharusnya jika mengikuti aturan sebelumnya,
maka yang pertama diabaikan dan yang kedua diberikan satu titik diatasnya. Hanya saja kaum muslimin di
wilayah Timur Islam lebih cenderung memberi satu titik atas untuk fa’ dan dua
titik atas untuk qaf. Berbeda dengan kaum muslimin yang berada di wilayah Barat
Islam (Maghrib), mereka memberikan satu titik bawah untuk fa’, dan satu titik
atas untuk qaf.
Kepustakaan
‘Quraish,shihab, membumikan alquran, Indonesia, 1992.
‘LKS pai,madrasah tsanawiyah, wonosobo, 2007.
‘http// Wahdah Islamiyah.htm.
‘http//SalwinsahSMATT.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar