• images-no-1.jpg
  • images-no-2.jpg
  • images-no-3.jpg
  • images-no-4.jpg
  • images-no-5.jpg

Pages

19 April 2013

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MADRASAH NIZZAMIYYAH

0 komentar



Oleh Tohirin

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berbicara sejarah perkembangan pendidikan islam yang akan diulas tidak lepas dari adanya sejarah perkembangan studi perkembangan islam dan lembaga-lembaga dan kurikulum- kurikulum nya.[1] Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang dan berkembang seiring laju dan peradaban islam. Kedatangan islam sendiri mengantarkan tranformasi (mewarisi ) yang sangat berarti bagi masyarakat Arab.Sebelum kedatangan islam, masyarkat Arab belum mempunyai model pendidikan formal yang sistematis. Mereka hidup dengan tatanan yang disebut dengan Jahiliyyah.[2]
Dari sisi kelembagaannya pendidikan islam berawal dari sorogan dan halaqoh dirumah-rumah orang ‘alim kesistem kuttab, kemudian kemasjid- masjid dan barulah kemadrasah. Madrasah disini tidak sama dengan madrasah yang sekarang ini, madrasah disini tingkatannya sama dengan perguruan tinggi atau Jami’ah, yaitu tempat berkumpulnya orang banyak.[3]
Didalam madrasah berlangsung proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, yang darinya diharapkan mengarah kepada tujuan intsruksional. Dapat dikatakan bahwa secara historis kelahiran madrasah menjadi lambnag kebangkitan dari sistem pendidkan islam.[4]
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah lahirnya Madrasah Nizzamiyyah ?
2.      Apa tujuan dari Madrasah Nizzamiyyah ?
3.      Bagaimana Sejarah Madrasah Nizzamiyyah dan Kebangkitan kembali paham Sunni ?
C.     Tujuannya :
1.      Mengetahui lebih sejarah lahirnya Madrasah Nizzamiyyah.
2.      Dapat memahami beberapa tujuan dari Madrasah Nizzamiyyah.
3.      Mengetahui Bagaimana paham Sunni dapat bangkit kembali.

BAB II PEMBAHASAN
1.      Sejarah lahirnya Madrasah Nizzamiyyah
Madrasah Nizzamiyyah didirikan pada masa Bani Saljuq oleh Perdana Mentri (Wazir) Ghawam Al-Din Abu ‘Ali Hasan bin Ishaq Khauza,yang di kenal dengan panggilan Nizzam Al-Mulk (1018-1092 M).Nizzam Al-Mulk adalah ilmuwan muslim yang mengarang buku Siyasat Nama,suatu karya yang oleh Mehdi Nakosteen di nilai sebagai karya klasik di bidang pendidikan Islam.[5]
Madrasah Nizzamiyyah di bangun untuk Al-Juwaini, dan Al-Juwaini menjadi muddaris (guru besar) yang sampai 3 dekade yang berakhir dengan wafatnya tahun 478H /1083M.[6]
Di samping itu  buku tersebut menunjukan bahwa Nizzam Al-Mulk adalah seorang politisi yang ilmuwan. Madrasah-madrasah yang didirikan Nizzam Al-Mulk di sebut sebagai madrasah Nizzamiyyah, suatu penamaan yang menisbatkan namanya. Keberadaannya dapat di temui di setiap kota seperti Baghdad, Balkh, Naisabur, Herat, Basroh, Isfahan, Merv, Mosul (Irak), dan lain sebagainya.[7]
Di madrasah ini ada empat pokok yakni:
(1) Seorang Mudaris harus bertanggung jawab terhadap pengajaran.
(2) Ahli Qur’an yang mengajar Al- Qur’an di masjid.
(3) Ahli Hadist yang mengajar hadist lembaga pendidikan.
(4) Seorang Pustakawan yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan,mengajar bahasa dan hal-hal yang terkait.[8]
Dari sekian banyak madrasah Nizzamiyyah, diBaghdad lah yang terbesar dan terkenal. Terletak di pinggir sungai Dajlah (Tigris). Tokoh-tokoh yang pernah menjadi staff madrasah ini adalah: Al- Imam Al- Haromain Al -Juwaini, Abu Al-Qosim Al- ‘Alawi,Al- Qia Al-Harrasi, Abu ‘Abdillah Al-Tabari, Abu Hamid Al- Ghozali, Abu Said, Abu Al-Qosim Al Khadzali dan Abu Nasyr Al- Ramsy, Abu Muhammad Al-Samarqandi, Abu ‘Amir Al- Jurjanji, Al-Qoswaini, Al-Fairussabandi dan lain sebagainya.[9]
Madrasah Nizzamiyyah adalah madrasah fiqih ,dan bukan madrasah filsafat. Apalagi jika diingat bahwa waktu itu adalah zaman penindasan filsafat dan para filosofnya.[10]Madrasah Nizzamiyyah didirikan tahun 455H/1063M. Madrasah ini di lengkapi dengan perpustakaan yakni Bait Al-Hikmah yang di bangun oleh Khalifah Ma’mun(813-833M). Madrasah ini hampir sempat hidup selama dua abad. Menjelang tahun 656 H berlangsunglah penyerbuan bangsa Mongol dari Asia tengah yang di pimpin oleh Hulagu Khan(1256-1349M). Pada tahun itu mereka merebut dan menguasai ibukota Baghdad dan berakhirlah sejarah daulah Abasiyyah.[11]
2.      Tujuan Pendirian Madrasah Nizzamiyyah.
Tujuan utama pendirian madrasah Nizzamiyyah  di Baghdad adalah untuk mengajarkan hukum madzab Syafi’i dengan penekanan pada pengajaran fiqih dan teologi.Madrasah Nizzamiyah dapat di katakan madrasah sunni.
Dalam hal ini, Hasan Asyari menyebutkan ada empat motif,yaitu :
1)      Pendidikan, selain sebagai politisi Nizzam Al- Mulk juga sebagai sarjana sehingga ia perhatian pada dunia pendidikan berupa pembangunan madrasah yang pantas dan wajar.
2)      Konflik antar kelompok keagamaan, sebelum Nizzam Al-Mulk berkuasa, kedudukan Perdana Menteri dipegang oleh Al-Kunduri yang beraliran Mu’tazilah. Salah satu kebijaksaannya adalah mengusir dan menganiaya penganut Al-Asy’ariyyah. Dan saat Nizzam Al-Mulk memimpin ia juga harus berhadapan langsung dengan kelompok Mu’tazilah. Maka dalam konteks pendirian madrasahnya dimaksudkan untuk melawan kelompok Mu’tazilah.
3)      Pendidikan bagi pegawai pemerintah, sebagai seorang wazir Nizzam Al-Mulk menjalankan sistem administrasi negara dengan sentralistik. Atas kenyataan ini,pendirian madrasahnya untuk menghadirkan lulusan yang memilki kesamaan versi guna mendukung pemerintahannya.
4)      Politik, bagi Nizzam Al-Mulk, madrsah ini didirikan juga berfungsi sebagai alat politik. Dengan madrasahnya ia berusaha membangun hubungan baik dengan para ‘ulama dan masyarakat sehingga pemerintahan tetap stabil.[12]
Selama masa hidupnya Nizzam Al-Mulk secara ketat mengkontrol semua madrasahnya yang dimuat dalam wakaf pemerintahyang isinya  sebagai berikut:
·         Madrasah Nizzamiyyah adalah wakaf yang disediakan untuk kepentingan madzab Syafi’i.
·         Harta benda diwakafkan kepada Madrasah Nizzamiyyah adalah demi kepentingan madzab Syafi’i.
·         Pejabat-pejabat utama Madrasah Nizzamiyyah harus bermadzab Syafi’i.
·         Madrasah Nizzamiyyah harus mempunyai seorang tenaga yang pengajar Al-Qur’an dan bahasa Arab.
·         Setiap staff menerima kajian bagian tertentu atas hasil penghasilan bersumber dari harta wakaf Madrasah Nizzamiyyah.[13]

4.      Madrasah Nizzamiyah dan Kebangkitan kembali paham Sunni
Sebagaiman telah dikemukakan diatas bahwa Madrasah Nizzamiyyah didirikan pada masa Bani Saljuq. Menurut Jurji Zaidan Bani Saljuq terbagi menjadi lima babakan sejarah dinasti, yaitu Saljuq Raya, Saljuq di Kiraman, Saljuq di Syam,Saljuq di Irak dan Kurdistan serta Saljuq Rum atau Asia kecil. Dan Saljuq yang paling besar adalah Saljuq Raya yang bermula dari Dinasti Kesultanan Tughril Bek yang kesemuannya adalah pendukung Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah atau kaum Sunni.[14]
Dan kata Sunni sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Sunnah yang berarti tradisi atau kebiasaan yang ada dimasyarakat. Dan Sunnah didalam kajian hadits adalah apa yang telah diucapkan, perbuatkan, persetujuan yang dilakukan Rasulullah yang diteruskan oleh para salaf yang soleh. Dalam ilmu kalam sunnah adalah keyakinan yang didasarkan pada dalil naql. Dan pelopornya yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari (873-935 M) di Mesopotamia dan Abu Mansur Al-Maturidi (wafat 944 M) di Samarkand. Adapun dalam kajian politik sunnah adalah mengikuti jejak Rasulullah dan Khalifahtur Rasyidun. Dan Afif Muhammad sendiri menyimpulkan sunni adalah aliran dalam islam yang menganut empat madzab.[15]
Pada Tahun 447 H (1055 M) orang-orang Saljuq yang dipimpin oleh Tughril Bek memasuki Baghdad dan membantai orang-orang Buwaihiyyah yang beraliran Syi’ah sampai daulah Abbasiyyah. Tughril Bek dengan Bani Saljuq menguasi Baghdad tahun 455 H (1063 M) dan dibantu oleh Perdana Menteri yang bernama Abu Muhammad bin Mansur Al-Kunduri (416-456 H/1016-1056 M) yang merupakan orang Mu’tazilah.Dan Al-Kunduri juga keras terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah dan mengutuk melarang penyiaran Asy’ariyah disetiap hari jum’at. Tughril Bek wafat pada 8 Ramadhan 455 H (1055 M) tanpa meninggalkan seorang putra satu pun. Sejak itulah naik tahta yang bernama Alpa Arsalan (berkuasa 455-465 H/1062-1072 M) dan ia sangat menguntungkan bagi penganut Asy’ariyyah. Dan Nizzam Al-Mulk adalah salah satu Perdana Menteri yang berhasil menggantikan Al-Kunduri yang katanya adalah musuh besar baginya.[16]
Teologi Asy’ariyyah sendiri mendapat dukungan dari Bani Salju, salah satu wujudnya adalah teologi ini diajarkan dimadrasah Nizzamiyyah yang menghasilkan ‘ulama Asy’ariyyah yang berupaya mengembangkannya.
Menurut Ira M. Lapidus, Nizzam Al-Mulk sebenarnya menghendaki adanya kontrol pemerintah terhadap gerakan Sunni yang bermaksud menggunakan hukum fiqih Syafi’i dan teologi paham Asy’ariyah sebagai alat untuk mempengaruhi massa. [17]

Tidak heran jika ia memiliki komitmen berpegang teguh terhadap doktrin Asy’ariyyah sebagaimana disebutkan dalam wakaf madrasah Nizzamiyyah.
Dan atas dasar tersebut Azra melihat bahwa madrasah Nizzamiyyah merupakan prototipe bagi upaya kebangkitan kembali ortodoks Sunni. Dan mendapat dukung dari Nakosteen dan menyebutkan bahwa madrasah Nizzamiyyah memliki spirit ilmu pendidikan yang tinggi baik untuk tujuan berpolitik maupun agama juga untuk membentuk opini publik tentang islam Sunni.
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan
1.      Madrasah Nizzamiyyah didirikan pada masa Bani Saljuq oleh Perdana Mentri (Wazir) Ghawam Al-Din Abu ‘Ali Hasan bin Ishaq Khauza, yang di kenal dengan panggilan Nizzam Al-Mulk (1018-1092 M).
2.      Tujuan utama pendirian madrasah Nizzamiyyah  di Baghdad adalah untuk mengajarkan hukum madzab Syafi’i dengan penekanan pada pengajaran fiqih dan teologi.
3.      Pada Tahun 447 H (1055 M) orang-orang Saljuq yang dipimpin oleh Tughril Bek memasuki Baghdad dan membantai orang-orang Buwaihiyyah yang beraliran Syi’ah sampai daulah Abbasiyyah. Teologi Asy’riayah diajarkan dimadrasah Nizzamiyyah yang menghasilkan ‘ulama Asy’ariyyah yang berupaya mengembangkannya.
DAFTAR REFRENSI :
Ø  Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam, 2006 , Yoyakarta : Tiara Wacana.
Ø  Nasution Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA.



[1]Nasution Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA. hlm. 61.
[2]Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm. 19.
1

[3]Nasution Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA. hlm. 62.
[4]Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm.19.
[5]Ibid. hlm. 22.
2
[6]Nasution Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA. hlm. 64.
[7]Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm. 22.
[8]Nasution Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA. hlm. 74.
[9]Lihat Ibid. hlm. 75 dan Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm. 23.

3
[10]Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam, 2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana.  hlm. 23.
[11]Nasution Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA. hlm . 74.

4

[12] . Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana.  hlm.24- 25.
[13]Ibid .hlm. 25.
[14]Ibid .hlm. 26.

5
[15]Ibid .hlm. 26-27.
[16]Ibid .hlm. 28-29.
[17]Ibid .hlm. 30.
6