Oleh Tohirin
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara sejarah perkembangan pendidikan islam yang akan diulas
tidak lepas dari adanya sejarah perkembangan studi perkembangan islam dan
lembaga-lembaga dan kurikulum- kurikulum nya.[1]
Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang dan berkembang seiring laju dan
peradaban islam. Kedatangan islam sendiri mengantarkan tranformasi (mewarisi )
yang sangat berarti bagi masyarakat Arab.Sebelum kedatangan islam, masyarkat
Arab belum mempunyai model pendidikan formal yang sistematis. Mereka hidup
dengan tatanan yang disebut dengan Jahiliyyah.[2]
Dari sisi kelembagaannya pendidikan islam berawal dari sorogan dan
halaqoh dirumah-rumah orang ‘alim kesistem kuttab, kemudian kemasjid- masjid
dan barulah kemadrasah. Madrasah disini tidak sama dengan madrasah yang
sekarang ini, madrasah disini tingkatannya sama dengan perguruan tinggi atau
Jami’ah, yaitu tempat berkumpulnya orang banyak.[3]
Didalam madrasah berlangsung proses komunikasi antara pendidik dengan
peserta didik, yang darinya diharapkan mengarah kepada tujuan intsruksional.
Dapat dikatakan bahwa secara historis kelahiran madrasah menjadi lambnag
kebangkitan dari sistem pendidkan islam.[4]
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Sejarah lahirnya Madrasah Nizzamiyyah ?
2.
Apa tujuan dari
Madrasah Nizzamiyyah ?
3.
Bagaimana
Sejarah Madrasah Nizzamiyyah dan Kebangkitan kembali paham Sunni ?
C. Tujuannya :
1.
Mengetahui
lebih sejarah lahirnya Madrasah Nizzamiyyah.
2.
Dapat memahami
beberapa tujuan dari Madrasah Nizzamiyyah.
3.
Mengetahui
Bagaimana paham Sunni dapat bangkit kembali.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah lahirnya Madrasah Nizzamiyyah
Madrasah Nizzamiyyah didirikan pada masa Bani Saljuq oleh Perdana
Mentri (Wazir) Ghawam Al-Din Abu ‘Ali Hasan bin Ishaq Khauza,yang di kenal
dengan panggilan Nizzam Al-Mulk (1018-1092 M).Nizzam Al-Mulk adalah ilmuwan
muslim yang mengarang buku Siyasat Nama,suatu
karya yang oleh Mehdi Nakosteen di nilai sebagai karya klasik di bidang
pendidikan Islam.[5]
Madrasah Nizzamiyyah di bangun untuk Al-Juwaini, dan Al-Juwaini
menjadi muddaris (guru besar) yang sampai 3 dekade yang berakhir dengan
wafatnya tahun 478H /1083M.[6]
Di samping itu buku tersebut
menunjukan bahwa Nizzam Al-Mulk adalah seorang politisi yang ilmuwan. Madrasah-madrasah
yang didirikan Nizzam Al-Mulk di sebut sebagai madrasah Nizzamiyyah, suatu
penamaan yang menisbatkan namanya. Keberadaannya dapat di temui di setiap kota
seperti Baghdad, Balkh, Naisabur, Herat, Basroh, Isfahan, Merv, Mosul (Irak), dan
lain sebagainya.[7]
Di madrasah ini ada empat pokok yakni:
(1) Seorang Mudaris harus bertanggung jawab terhadap pengajaran.
(2) Ahli Qur’an yang mengajar Al- Qur’an di masjid.
(3) Ahli Hadist yang mengajar hadist lembaga pendidikan.
(4) Seorang Pustakawan yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan,mengajar
bahasa dan hal-hal yang terkait.[8]
Dari sekian banyak madrasah Nizzamiyyah, diBaghdad lah yang
terbesar dan terkenal. Terletak di pinggir sungai Dajlah (Tigris). Tokoh-tokoh
yang pernah menjadi staff madrasah ini adalah: Al- Imam Al- Haromain Al -Juwaini,
Abu Al-Qosim Al- ‘Alawi,Al- Qia Al-Harrasi, Abu ‘Abdillah Al-Tabari, Abu Hamid
Al- Ghozali, Abu Said, Abu Al-Qosim Al Khadzali dan Abu Nasyr Al- Ramsy, Abu
Muhammad Al-Samarqandi, Abu ‘Amir Al- Jurjanji, Al-Qoswaini, Al-Fairussabandi dan
lain sebagainya.[9]
Madrasah Nizzamiyyah adalah madrasah fiqih ,dan bukan madrasah filsafat.
Apalagi jika diingat bahwa waktu itu adalah zaman penindasan filsafat dan para
filosofnya.[10]Madrasah
Nizzamiyyah didirikan tahun 455H/1063M. Madrasah ini di lengkapi dengan
perpustakaan yakni Bait Al-Hikmah yang di bangun oleh Khalifah
Ma’mun(813-833M). Madrasah ini hampir sempat hidup selama dua abad. Menjelang
tahun 656 H berlangsunglah penyerbuan bangsa Mongol dari Asia tengah yang di
pimpin oleh Hulagu Khan(1256-1349M). Pada tahun itu mereka merebut dan
menguasai ibukota Baghdad dan berakhirlah sejarah daulah Abasiyyah.[11]
2.
Tujuan Pendirian Madrasah Nizzamiyyah.
Tujuan utama pendirian madrasah Nizzamiyyah di Baghdad adalah untuk mengajarkan hukum
madzab Syafi’i dengan penekanan pada pengajaran fiqih dan teologi.Madrasah
Nizzamiyah dapat di katakan madrasah sunni.
Dalam hal ini, Hasan Asyari menyebutkan ada empat motif,yaitu :
1) Pendidikan, selain sebagai politisi Nizzam Al- Mulk juga sebagai sarjana sehingga ia perhatian pada dunia pendidikan berupa pembangunan madrasah yang pantas dan wajar.
2) Konflik antar kelompok keagamaan, sebelum Nizzam Al-Mulk berkuasa, kedudukan Perdana Menteri dipegang oleh Al-Kunduri yang beraliran Mu’tazilah. Salah satu kebijaksaannya adalah mengusir dan menganiaya penganut Al-Asy’ariyyah. Dan saat Nizzam Al-Mulk memimpin ia juga harus berhadapan langsung dengan kelompok Mu’tazilah. Maka dalam konteks pendirian madrasahnya dimaksudkan untuk melawan kelompok Mu’tazilah.
3) Pendidikan bagi pegawai pemerintah, sebagai seorang wazir Nizzam Al-Mulk menjalankan sistem administrasi negara dengan sentralistik. Atas kenyataan ini,pendirian madrasahnya untuk menghadirkan lulusan yang memilki kesamaan versi guna mendukung pemerintahannya.
4) Politik, bagi Nizzam Al-Mulk, madrsah ini didirikan juga berfungsi sebagai alat politik. Dengan madrasahnya ia berusaha membangun hubungan baik dengan para ‘ulama dan masyarakat sehingga pemerintahan tetap stabil.[12]
Selama masa hidupnya Nizzam Al-Mulk secara ketat mengkontrol semua
madrasahnya yang dimuat dalam wakaf pemerintahyang isinya sebagai berikut:
·
Madrasah
Nizzamiyyah adalah wakaf yang disediakan untuk kepentingan madzab Syafi’i.
·
Harta benda
diwakafkan kepada Madrasah Nizzamiyyah adalah demi kepentingan madzab Syafi’i.
·
Pejabat-pejabat
utama Madrasah Nizzamiyyah harus bermadzab Syafi’i.
·
Madrasah
Nizzamiyyah harus mempunyai seorang tenaga yang pengajar Al-Qur’an dan bahasa
Arab.
·
Setiap staff
menerima kajian bagian tertentu atas hasil penghasilan bersumber dari harta
wakaf Madrasah Nizzamiyyah.[13]
4.
Madrasah Nizzamiyah dan Kebangkitan kembali paham Sunni
Sebagaiman telah dikemukakan diatas bahwa Madrasah Nizzamiyyah
didirikan pada masa Bani Saljuq. Menurut Jurji Zaidan Bani Saljuq terbagi
menjadi lima babakan sejarah dinasti, yaitu Saljuq Raya, Saljuq di Kiraman,
Saljuq di Syam,Saljuq di Irak dan Kurdistan serta Saljuq Rum atau Asia kecil.
Dan Saljuq yang paling besar adalah Saljuq Raya yang bermula dari Dinasti Kesultanan
Tughril Bek yang kesemuannya adalah pendukung Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
atau kaum Sunni.[14]
Dan kata Sunni sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Sunnah yang
berarti tradisi atau kebiasaan yang ada dimasyarakat. Dan Sunnah didalam kajian
hadits adalah apa yang telah diucapkan, perbuatkan, persetujuan yang dilakukan
Rasulullah yang diteruskan oleh para salaf yang soleh. Dalam ilmu kalam sunnah
adalah keyakinan yang didasarkan pada dalil naql. Dan pelopornya yaitu Abu
Hasan Al-Asy’ari (873-935 M) di Mesopotamia dan Abu Mansur Al-Maturidi (wafat
944 M) di Samarkand. Adapun dalam kajian politik sunnah adalah mengikuti jejak
Rasulullah dan Khalifahtur Rasyidun. Dan Afif Muhammad sendiri menyimpulkan
sunni adalah aliran dalam islam yang menganut empat madzab.[15]
Pada Tahun 447 H (1055 M) orang-orang Saljuq yang dipimpin oleh
Tughril Bek memasuki Baghdad dan membantai orang-orang Buwaihiyyah yang beraliran
Syi’ah sampai daulah Abbasiyyah. Tughril Bek dengan Bani Saljuq menguasi
Baghdad tahun 455 H (1063 M) dan dibantu oleh Perdana Menteri yang bernama Abu
Muhammad bin Mansur Al-Kunduri (416-456 H/1016-1056 M) yang merupakan orang
Mu’tazilah.Dan Al-Kunduri juga keras terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah dan
mengutuk melarang penyiaran Asy’ariyah disetiap hari jum’at. Tughril Bek wafat
pada 8 Ramadhan 455 H (1055 M) tanpa meninggalkan seorang putra satu pun. Sejak
itulah naik tahta yang bernama Alpa Arsalan (berkuasa 455-465 H/1062-1072 M)
dan ia sangat menguntungkan bagi penganut Asy’ariyyah. Dan Nizzam Al-Mulk
adalah salah satu Perdana Menteri yang berhasil menggantikan Al-Kunduri yang
katanya adalah musuh besar baginya.[16]
Teologi Asy’ariyyah sendiri mendapat dukungan dari Bani Salju,
salah satu wujudnya adalah teologi ini diajarkan dimadrasah Nizzamiyyah yang
menghasilkan ‘ulama Asy’ariyyah yang berupaya mengembangkannya.
Menurut Ira M. Lapidus, Nizzam Al-Mulk sebenarnya menghendaki
adanya kontrol pemerintah terhadap gerakan Sunni yang bermaksud menggunakan
hukum fiqih Syafi’i dan teologi paham Asy’ariyah sebagai alat untuk
mempengaruhi massa. [17]
Tidak heran jika ia memiliki komitmen berpegang teguh terhadap
doktrin Asy’ariyyah sebagaimana disebutkan dalam wakaf madrasah Nizzamiyyah.
Dan atas dasar tersebut Azra melihat bahwa madrasah Nizzamiyyah
merupakan prototipe bagi upaya kebangkitan kembali ortodoks Sunni. Dan mendapat
dukung dari Nakosteen dan menyebutkan bahwa madrasah Nizzamiyyah memliki spirit
ilmu pendidikan yang tinggi baik untuk tujuan berpolitik maupun agama juga
untuk membentuk opini publik tentang islam Sunni.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
1. Madrasah Nizzamiyyah didirikan pada masa Bani Saljuq oleh Perdana Mentri (Wazir) Ghawam Al-Din Abu ‘Ali Hasan bin Ishaq Khauza, yang di kenal dengan panggilan Nizzam Al-Mulk (1018-1092 M).
2. Tujuan utama pendirian madrasah Nizzamiyyah di Baghdad adalah untuk mengajarkan hukum madzab Syafi’i dengan penekanan pada pengajaran fiqih dan teologi.
3. Pada Tahun 447 H (1055 M) orang-orang Saljuq yang dipimpin oleh Tughril Bek memasuki Baghdad dan membantai orang-orang Buwaihiyyah yang beraliran Syi’ah sampai daulah Abbasiyyah. Teologi Asy’riayah diajarkan dimadrasah Nizzamiyyah yang menghasilkan ‘ulama Asy’ariyyah yang berupaya mengembangkannya.
DAFTAR REFRENSI
:
Ø Idi
Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi
Pendidikan Islam, 2006 , Yoyakarta : Tiara Wacana.
Ø Nasution
Harun, Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta :
ACAdeMIA+TAZZAFA.
[1]Nasution Harun,
Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA.
hlm. 61.
[2]Idi Abdullah
dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan
Islam,2006,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm. 19.
1
[3]Nasution Harun,
Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA.
hlm. 62.
[4]Idi Abdullah
dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan
Islam,2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm.19.
2
[6]Nasution Harun,
Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA.
hlm. 64.
[7]Idi Abdullah
dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan
Islam,2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana. hlm. 22.
[8]Nasution Harun,
Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA. hlm.
74.
[9]Lihat Ibid. hlm. 75 dan Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006 ,Yoyakarta
: Tiara Wacana. hlm. 23.
3
[10]Idi Abdullah
dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan
Islam, 2006 ,Yoyakarta : Tiara Wacana.
hlm. 23.
[11]Nasution Harun,
Pengantar Studi Islam, 2012, Edisi Revisi, Yoyakarta : ACAdeMIA+TAZZAFA.
hlm . 74.
4
[12] . Idi Abdullah dan Suharto Toto, Revitalisasi Pendidikan Islam,2006 ,Yoyakarta
: Tiara Wacana. hlm.24- 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar