Pages

17 April 2013

Pendiri Ahlussunnah Wal Jama'ah




                           Oleh Ibnu Umar dan Rina Yuniati

  1. IMAM ABU HASAN AL ASY’ARI
          Al asy’ari  lahir di kota di basrah(Iraq) tahun 260H. yakni 55 tahun setelah wafat nya imam syafi’i. dan meninggal di basrah juga pada tahun 324H dalam usia 64 tahun. Beliau tadinya dalah murid daribapak tieri nya yakni seorang ulama besar dari kaum mu’tazilah yang bernama syekh abu ali Muhammad bin abdul wahab al jabai. Tetapi kemudian beliau keluar dari mu’tazilah dan kemudian beliau bertobat. Imam asy’ari melihat bahwa kau mu’tazilah salah dalm faham nya, banyak hal yang bertentangan dengan I’tiqad dan ajaran nabi muhamad saw  dan juga banyak yang bertentangan dengan al qur’an dan al hadits.
    Semula al asy’ari mengikuti golongan mu’tazilah dan keluar dari golongan yang menganggap al qur’an itu adalah mahluk.al asy’ary menerapkan jalan tengah antara mu’tazilahyang terlalu rasional dan ahli hadits yang terlalu kaku memegang makna lahir dari sebuah hadits. Al asy’ari menolak paham bahwa al qur’an itu mahluk, menolak pengingkaran terhadap syafa’at nabi muhamad saw,, menolak pengingkaran azab kubur, menola paham bahwa manusia menciptakan perbuatan nya sendiri, menolak pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah al asy’ari tidak menolak ada nya penggunaan ada nya akal pikiran untuk memeberikan argumentasi, namun menentang penggunaan akal pikiran  yang berlebihan dan akal pikiran digunakan sebagai sarana untuk memperjelas pemahaman nash-nash agama.
     Maka dari itu beliau keluar daru mu’tazilah dan bertaubat atas segala kesalahan nya, tidak hanya itu beliau juga berdiri di barisan paling depan untuk melawan dan mengalahkan sebagaimana yang di anut oleh golongan mu’tazilah Beliau menyiarkan atas keluar nya dari mu’tazilah dengan naik ke atas mimbar di masjid dan beliau mengatakan secara terang-terangan kalu beliau keluar dari mu’tazilah dan mengatakan berbagai fakta tentang kesalahan dari faham kaum mu’tazilah yang selama ini di anut nya.
   sejak keluar dari mu’tazilam abu asy’ari gencar sekali ,elawan kaum mu’tazilah baik dengan lisan ataupun dengan tulisan, berdebat dan bertanding dengan kaum mu’tazilah dimana-mana. Merumuskan dan menuliskan dalam kitab-kitab nya I’tiqad0i’tiqad kaum ahlussunnah wal jama’ah, sehngga nama beliau terkenal dan tersohor sebagai ulama tauhid yang mashur dan dapat menundukkan dan menghancurkan kaum mu’tazilah.
   Keistimewaandari imam abu hasan al asy’ari adalah dalam menegakkan faham nya ialah dengan mengutamakan dalil-dalil al qur’an dan hadits n sebagai pertimbangan.

                                   
 2. IMAM AL MATURIDI
              Imam al maturidi juga seorang yang berjuang membangun mazdhab ahlussunnahwaljama’ah dalam ushuludin. Imam al maturidi lahir di suatu desa  di smarqand yang brnama “maturid”. Beliau meninggal disitu juga pada tahun 333H yaitu 10tahun sesudah wafat nya imam abu hasan al asy’ari.beliau berjaza besar dalam mengumpulkan, memeprinci dan mempertahan kan I’tiqad ahlussunnah wal jama’ah itu. Sampai saat ini makam beliau di ziarahi di samareqand. Dunia islam sedari dulu memandang ke2 imam ini sebagai pendiri dan pembangun madzhab ahlussunnah wal jama’ah
     Imam al maturidi tidak berbeda dengan al asy’ari, sama-sama menentang mu’tazilah dan membela kepercayaan al qur’an. Perbedaan nya, jika al maturidi lebih dekat madzhab hanafi, maka al asy’ari lebih dekat pada madzhab syafi’i. al maturidi berpendapat bahwa ma’rifat di wajibkan oleh akal pikiran, namun berbeda dengan mu’tazilah, karena kewajiban tersebut terjadi karena Allah. Al asy’ari berpendapat bahwa ma’rifat di wajibkan oleh tuntunan syara’, sesuatu yang baik atau buruk.al maturidi berpendapat bahwa sesuatu itu mempunyai sifat baik atau buruk, sedangkan al asy’ari berpendapat bahwa sesuatu itu baik atau buruk Karena di wajibkan atau dilarang oleh syara’.


     REFRENSI
Aminudin dkk. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum.PT Ghalia Indonesia dengan Universitas Esa Tunggal.Hal: 78
 Abuya, Al Fadhil dan K.H Siradjudin Abbas. I’tiqad qhlussunnah wal jama’ah.Pustaka Tarbiyah. Hal: 31-34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar